Monday, 26 December 2011
Cerita ini untuk kita semua yang sering kali membuat sedihati orang yang
kita sayang…..semoga kisah ini membuat perubahan akan perasaan pada
sang kekasih :)
Sebuah malam yang sempurna, 2 gelas teh manis, dan sepasang kekasih. Adakah yang lebih indah dari itu ? bagi sepasang manusia yang memandu kasih ...
Raka dan Dara duduk di punggung malam itu, berpotong percakapan lewat,
beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, TENTANG CINTA.
Dara : Apakah kamu mencintaiku?
Raka : Jelas, aku sangat menyayangimu sayang..
Dara : Sungguh ? aku tak mau kehilanganmu, aku terlanjur jatuh hati padamu ..
Raka : Yaa sayang, aku tak akan meninggalkan mu :)
Dara : Menurut kamu aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang
rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam
tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria
mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya,
tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Sebulan lamanya , Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis
untuk sesaat. Setelah itu, pasangan kekasih ini mulai tenggelam dalam
kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup
mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka
mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.
Mereka mulai acuh tak acuh, tak saling memperdulikan.
Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara menangis, dia berteriak, “Kamu nggak cinta
lagi sama aku!”
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik
berteriak, “Aku menyesal udah sayang sama kamu! Kamu ternyata bukan tulang
rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat.
Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah
dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan.
Raka tidak mempunyai kekasih lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar kota, menjalin hubungan dengan orang lain, putus, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku akan pergi dari kota ini.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”