Sunday 13 November 2011
Kisah berikut ini begitu berkesan. Saya mendapatkannya semasa kuliah
beberapa tahun silam. Alhamdulillah, marilah kita belajar dari paku.
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang pemarah. Untuk mengurangi
kebiasaan marah-marah tersebut, sang ayah memberikannya sekantong paku
dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar
belakang setiap kali dia marah.
Hari pertama anak itu telah memakukan 30 paku ke pagar setiap kali dia
marah... memang terkenal temperamen, sampai-sampai sehari saja sudah 30
kali marah-marah. Hari berganti hari jumlah yang ia pakukan berkurang.
Sang anak merasakan capek dan lelah ketika harus memakukan paku-paku
saat marah.
Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa bisa mengendalikan
amarahnya dan lebih bisa bersabar. Dia memberitahukan kabar baik ini
kepada sang ayah dengan malu-malu.
Sang ayah pun tersenyum puas. Namun ia meminta anaknya untuk mencabut
satu paku setiap hari ketika ia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak
laki-lakinya telah berhasil mencabut semua paku.
Sang ayah lalu menuntun anaknya ke pagar.
“Kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di
pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya.
Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu akan
meninggalkan bekas di hati orang lain seperti lubang-lubang ini.”
Semoga kita bisa belajar dari kisah ini. Ketika kita marah atau
menyakiti orang lain, tidak peduli berapa kali kita meminta maaf. Luka
itu akan tetap ada... Maka, tidak ada ruginya banyak-banyak berbuat baik
dan berhenti marah-marah apalagi menyakiti orang lain.
Label: Pelajaran Berharga