Saturday, 15 October 2011
JAKARTA, KOMPAS.com — Di luar pengemis sungguhan, banyak orang yang
berpura-pura menjadi pengemis atau peminta-minta. Mereka beroperasi
dengan berbagai cara, misalnya berpakaian compang-camping dengan suara
mengiba atau berpura-pura menderita cacat fisik. Di Yogyakarta ada modus
baru peminta-minta, yaitu menentukan sendiri harga yang dimintanya.
Demikian pengalaman Afandi Sido saat sedang berjalan kaki di Jalan
Magelang dekat batas kota Yogyakarta-Sleman, Sabtu (8/10/2011) sekitar
pukul 18.30. Ia mengungkapkan peristiwa itu di Kompasiana, Senin
(10/10/2011). Menurut Afandi, modus baru peminta-minta tersebut
diperkirakan sudah berlangsung dalam setahun terakhir ini.
Berdasarkan penuturannya, di dekat pertigaan lampu merah di jalan
tersebut, Afandi dihampiri seorang perempuan yang usianya diperkirkan 30
tahun. Perempuan itu digambarkan tidak cacat fisik dan mengenakan
pakaian normal dengan sebuah tas jinjing di tangannya.
Perempuan tersebut menurut Afandi kemudian meminta uang untuk ongkos ke
Terminal Giwangan dengan alasan tidak punya uang dan kemalaman. Uniknya,
perempuan itu menentukan besaran permintaan, yakni Rp 8.000.
"Saya menolak memberi uang kepada perempuan itu karena nominal yang
diminta terlalu tinggi dalam konteks 'minta begitu saja'. Apalagi, saat
saya perhatikan, dandanannya tak mirip orang yang lelah kesasar atau
mencari tumpangan. Bedaknya masih tersapu tipis kelihatan rapi, apalagi
dengan gincu yang masih lembab," tulis Afandi.
Afandi mengaku tidak begitu terkejut dengan modus ini karena sebelumnya
sudah sering memui orang-orang semacam perempuan tersebut. Ia menduga,
penjelasan latar belakang yang dikemukakannya hanyalah akal-akalan untuk
meminta uang. Sebab sejatinya, peminta-minta mengumpulkan uang dari
kebaikan hati orang lain. "Saya menolak dengan halus," katanya.
Apakah modus peminta-minta bersifat tunggal? Bagaimana mengidentifikasi
modus-modus lainnya yang diterapkan peminta-minta? Afandi
mengungkapkannya lengkap disertai rujukan atau tautan peristiwa serupa
yang dialami jurnalis warga lain di berbagai tempat dan waktu yang
berbeda. Dalam tulisannya, ia juga memberi petunjuk mengenai ciri-ciri
khas para peminta-minta itu.
Label: Berita